Cupu Manik Astagia [Kisah Kisah Ramayana]


Di Pertapaan Grastina, Dewi Indradi, istri Begawan Gotama sedang asyik dengan permainan Cupu Manik Astagina, yang dapat membuatnya dapat menikmati keadaan alam. Tiba-tiba, putri sulungnya, yaitu Dewi Anjani datang memergokinya. Dewi Anjani meminjam alat permainan itu.

Dewi Indradi meminjamkannya, dengan syarat jangan sampai diketahui oleh adik-adiknya. Namun, Dewi Anjani justru memamerkan kepada kedua adiknya, Guwarsa dan Guwarsi. Akibatnya Cupu Manik Astagina itu menjadi rebutan, sehingga terjadi keributan.

Begawan Gotama yang sedang bersamadi menjadi terganggu. Dan, alangkah terkejutnya, ketika ia mengetahui  bahwa yang menjadi pangkal keributan adalah Cupu Manik Astagina, yang diketahuinya milik Batara Surya. Dewi Indradi yang ditanya tentang asal usul Cupu Manik Astagina itu, tidak berani menjawab. Ia hanya membisu saja. Hal ini membuat Resi Gotama amat marah dan mengutuk Dewi Indradi menjadi tugu, lalu membuangnya jauh-jauh, jatuh di dekat perbatasan Kerajaan Alengka. Setelah itu, Cupu Manik Astagina dibuangnya pula, dan jatuh di Telaga Sumala. Dewi Anjani, Guwarsa, dan Guwarsi, diikuti oleh pamong mereka Endang Suwareh, Jembawan, dan Menda, semuanya berlari mengikuti Cupu Manik Astagina yang dibuang ayah-nya. Gurarsa dan Guwarsi yang lari lebih cepat daripada Dewi Anjadi, lebih dulu sampai ke Telaga Sumala. Keduanya langsung terjun ke telaga itu, dan menyelam mencari cupu itu. Begitu menyelam, ujud keduanya berubah menjadi kera. Begitu pula Jembawan dan Menda, yang mengikuti kedua anak Begawan Gotama itu.

Dewi Anjani dan Endang Suwareh yang tiba kemudian, tidak terjun, tetapi hanya membasuh muka untuk mengurangi rasa lelahnya. Dan, seketika itu juga wajah mereka berubah pula menjadi wajah kera. Betapa sedih hati mereka ketika mengetahui bahwa ketampanan dan kecantikan mereka telah hilang dan kini berujud kera.

Dengan penuh penyesalan mereka kembali ke pertapan, dan mohon pada Resi Gotama agar ujud mereka dikembalikan seperti semula. Namun, Resi Gotama mengatakan bahwa perubahan ujud mereka sudah menjadi kehendak dewata. Namun, walaupun ujudnya kera, mereka masih dapat menunaikan darma. Untuk itu, mereka disarankan untuk bertapa.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel